ISU GLOBAL EKONOMI,
REVOLUSI IMDUSTRI 4.0 DAN PERANAN PEKERJA DI DALAMNYA
Awal tahun 2021 ini, isu global
ekonomi masih tetap seperti isu tahun yang lalu kalaupun ada perubahan mungkin
di sebabkan oleh adanya bencana alam dan varian baru virus corona. 5 hal yang
menjadi isu global tahun lalu yaitu konflik As – Iran yang walaupun di AS telah
terjadi perubahan arah politik dengan pergantian presiden Trump ke Joe bidden namun
secara umum akan tetep sama arah kebijakannya, kemudian perang dagang AS vs Uni
eropa juga menjadi hal yang berpengaruh dengan adanya bea masuk untuk barang
yang datang dari uni eropa, dan uni eropapun bisa dipastikan tidak akan tinggal
diam akan melakukan counter attack dengan penerapan bea masuk yang sama,
berikutnya yaitu virus corona yang semakin memuncak walaupun ada angin segar
dengan di adakannya vaksinasi hampir di seluruh negara di dunia, berikutnya
adalah beban hutang negara berkembang, hal ini sedikit banyak dipengaruhi
selain dari meningkatnya suku bunga juga gairah ekonomi yang terpukul karena
pendemi virus corona, dan yang terakhir yaitu demonstrasi Hongkong dan isu
perang China atau kondisi stabilitas hongkong dan stabilitas Asia timur yang
secara nyata Hongkong dan beberapa negara yang dimungkinkan masuk dalam pusaran
konflik dengan China merupakan pusat perputaran uang di Asia misalkan Taiwan, Jepang,
Korsel bahkan secara tidak langsung akan berpengaruh ke stabilitas keamanan
ASEAN 1. Sehingga perekonomian dunia akan cenderung lesu, namun di factor
pendorong ekonomi lainnya yaitu digitalisasi atau economic digital yang
memanfaatkan teknologi informasi akan
berpengaruh besar pada peningkatan ekonomi global berbeda dengan factor
pendorong ekonomi lainnya seperti minyak dunia, pariwisata dan lain sebagainya.
Ekonomi digital adalah aspek ekonomi yang berbasiskan pada pemanfaatan dan
pemberdayaan teknologi informasi dan komunikasi digital. Di Asia Tenggara, ekonomi digital sedang berkembang pesat seiring dengan
besarnya potensi pasar. Ekonomi digital ini adalah hasil dari revolusi industry
4.0, revolusi industry ini adalah revolusi generasi ke 4 sesuai dengan namanya,
dari perjalanan sejarah revolusi industri yang dimulai pada abad ke -18.
Menurut Prof Schwab, dunia mengalami empat revolusi industri. Revolusi industri
1.0 ditandai dengan penemuan mesin uap untuk mendukung mesin produksi, kereta
api dan kapal layar. Berbagai peralatan kerja yang semula bergantung pada
tenaga manusia dan hewan kemudian digantikan dengan tenaga mesin uap.
Dampaknya, produksi dapat dilipatgandakan dan didistribusikan ke berbagai
wilayah secara lebih masif. Namun demikian, revolusi industri ini juga
menimbulkan dampak negatif dalam bentuk pengangguran masal. Ditemukannya enerji listrik dan konsep
pembagian tenaga kerja untuk menghasilkan produksi dalam jumlah besar pada awal
abad 19 telah menandai lahirnya revolusi industri 2.0. Enerji listrik mendorong
para imuwan untuk menemukan berbagai teknologi lainnya seperti lampu, mesin
telegraf, dan teknologi ban berjalan. Puncaknya, diperoleh efesiensi produksi
hingga 300 persen. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
pesat pada awal abad 20 telah melahirkan teknologi informasi dan proses
produksi yang dikendalikan secara otomatis. Mesin industri tidak lagi
dikendalikan oleh tenaga manusia tetapi menggunakan Programmable Logic
Controller (PLC) atau sistem otomatisasi berbasis komputer. Dampaknya, biaya
produksi menjadi semakin murah. Teknologi informasi juga semakin maju
diantaranya teknologi kamera yang terintegrasi dengan mobile phone dan semakin
berkembangnya industri kreatif di dunia musik dengan ditemukannya musik
digital. Revolusi industri mengalami puncaknya saat ini dengan lahirnya
teknologi digital yang berdampak masif terhadap hidup manusia di seluruh dunia.
Revolusi industri terkini atau generasi keempat mendorong sistem otomatisasi di
dalam semua proses aktivitas. Teknologi internet yang semakin masif tidak hanya
menghubungkan jutaan manusia di seluruh dunia tetapi juga telah menjadi basis
bagi transaksi perdagangan dan transportasi secara online. Masih menurut Prof Klaus
Schwab arah tren pada revolusi industry 4.0 ini bukan lagi sebuah tren
melainkan megatrend dan diidentifikasikan dengan lanskap penggerak teknologi
dari revolusi industri keempat ini, dan dikelompokan menjadi tiga kelompok:
fisical diantaranya industry outomotif, digital printing, robotic dan material
baru, kemudian kelompok ke dua yaitu digital meliputi mobile internet, basis
data, internet security, basis data dan lain sebagainya, kemudian kelompok ketiga adalah biologis meliputi pencegahan kangker, vaksinasi,
HIV, scintifikasi DNA dan lain sebagainya. Ketiganya sangat terkait dan
berbagai teknologi saling menguntungkan satu sama lain berdasarkan penemuan dan
kemajuan yang dibuat masing-masing 2.
Dari
dua isu diatas yang terpenting adalah peranan manusia didalamnya. Untuk isu globalisasi ekonomi itu bisa dikatakan faktor yang susah dipersiapkan
antisifasinya kecuali ada perubahan kebijakan politik, suksesi politik atau untuk regional dengan kebijakan regulasi misalkan untuk Indonesia dengan di sahkannya uu
omni law bus, pemerintah mepresentasikan UU ini di world economic forum oleh
presiden Jokowi tapi di domestic mendapat penentangan yang luarbiasa, kemudian untuk
isu ke dua yaitu revolusi industry 4.0 ini bias dipersiapkan bahkan world
economic forum telah melakukan survey dan memprediksi peranan pekerja dalam isu
ini yaitu Hasil survei Forum Ekonomi
Dunia (World Economic Forum/WEF) menunjukkan, pandemi virus corona (Covid-19)
menjadi pukulan kedua terhadap dunia lapangan kerja di samping disrupsi yang
disebabkan oleh digitalisasi. Survey ini
melibatkan 43 persen perusahaan menyatakan bakal mengurangi tenaga kerja
lantaran telah melakukan integrasi teknologi dan 34 persen menyatakan banyak
memperluas lapangan kerja karena integrasi teknologi sisanya akan melalukan
outsourcing . WEF menjelaskan, meski jumlah pekerjaan yang harus hilang bakal
terlampaui oleh jenis pekerjaan baru, namun pandemi virus corona telah
memperlambat pertumbuhan lapangan kerja. Di dalam laporan tersebut dijelaskan,
pada 2025 mendatang pekerjaan-pekerjaan dengan peran yang cenderung berulang
perannya bakal berkurang, dari 15,4 persen menjadi hanya 9 persen. Sementara
profesi-profesi yang sedang berkembang perannya bakal meningkat dari 7,8 persen
menjadi 13,5 persen. "Dengan gambaran tersebut, maka sebanyak 85 juta
jenis pekerjaan bakal digantikan karena ada pergeseran pola kerja dari yang
sebelumnya dikerjakan manusia jadi dikerjakan oleh mesin. Sementara 97 juta
peran baru yang lebih adaptif bakal muncul dengan adanya pembagian kerja antara
manusia, mesin, dan algoritma. WEF menyoroti melambatnya pertumbuhan pekerjaan
akibat disrupsi oleh pandemi yang bakal merugikan pekerja-pekerja yang berada
dalam kondisi tertentu
1. Setiaji, Hidayat, 2020. “Tak Cuma Corona, Ini 5 'Setan' Ekonomi 2020!” https://www.cnbcindonesia.com/news/20200227050208-4-140720/tak-cuma-corona-ini-5-setan-ekonomi-2020/6
2. Schwab, Klaus, 2016 the fourth industrial revolution World Economic Forum Geneva Switzerland
3. https://money.kompas.com/read/2020/10/21/080521726/laporan-wef-85-juta-pekerjaan-bakal-digantikan-mesin-pada-2025?page=all
Tidak ada komentar:
Posting Komentar