Minggu, 24 Januari 2021

UTS METLIT [ADE RUHIYAT 10520025]

 

ISU GLOBAL EKONOMI, REVOLUSI IMDUSTRI 4.0 DAN PERANAN PEKERJA DI DALAMNYA

                                                                        

Awal tahun 2021 ini, isu global ekonomi masih tetap seperti isu tahun yang lalu kalaupun ada perubahan mungkin di sebabkan oleh adanya bencana alam dan varian baru virus corona. 5 hal yang menjadi isu global tahun lalu yaitu konflik As – Iran yang walaupun di AS telah terjadi perubahan arah politik dengan pergantian presiden Trump ke Joe bidden namun secara umum akan tetep sama arah kebijakannya, kemudian perang dagang AS vs Uni eropa juga menjadi hal yang berpengaruh dengan adanya bea masuk untuk barang yang datang dari uni eropa, dan uni eropapun bisa dipastikan tidak akan tinggal diam akan melakukan counter attack dengan penerapan bea masuk yang sama, berikutnya yaitu virus corona yang semakin memuncak walaupun ada angin segar dengan di adakannya vaksinasi hampir di seluruh negara di dunia, berikutnya adalah beban hutang negara berkembang, hal ini sedikit banyak dipengaruhi selain dari meningkatnya suku bunga juga gairah ekonomi yang terpukul karena pendemi virus corona, dan yang terakhir yaitu demonstrasi Hongkong dan isu perang China atau kondisi stabilitas hongkong dan stabilitas Asia timur yang secara nyata Hongkong dan beberapa negara yang dimungkinkan masuk dalam pusaran konflik dengan China merupakan pusat perputaran uang di Asia misalkan Taiwan, Jepang, Korsel bahkan secara tidak langsung akan berpengaruh ke stabilitas keamanan ASEAN 1. Sehingga perekonomian dunia akan cenderung lesu, namun di factor pendorong ekonomi lainnya yaitu digitalisasi atau economic digital yang memanfaatkan teknologi informasi  akan berpengaruh besar pada peningkatan ekonomi global berbeda dengan factor pendorong ekonomi lainnya seperti minyak dunia, pariwisata dan lain sebagainya.

Ekonomi digital adalah aspek ekonomi yang berbasiskan pada pemanfaatan dan pemberdayaan teknologi informasi dan komunikasi digital. Di Asia Tenggara, ekonomi digital sedang berkembang pesat seiring dengan besarnya potensi pasar. Ekonomi digital ini adalah hasil dari revolusi industry 4.0, revolusi industry ini adalah revolusi generasi ke 4 sesuai dengan namanya, dari perjalanan sejarah revolusi industri yang dimulai pada abad ke -18. Menurut Prof Schwab, dunia mengalami empat revolusi industri. Revolusi industri 1.0 ditandai dengan penemuan mesin uap untuk mendukung mesin produksi, kereta api dan kapal layar. Berbagai peralatan kerja yang semula bergantung pada tenaga manusia dan hewan kemudian digantikan dengan tenaga mesin uap. Dampaknya, produksi dapat dilipatgandakan dan didistribusikan ke berbagai wilayah secara lebih masif. Namun demikian, revolusi industri ini juga menimbulkan dampak negatif dalam bentuk pengangguran masal.  Ditemukannya enerji listrik dan konsep pembagian tenaga kerja untuk menghasilkan produksi dalam jumlah besar pada awal abad 19 telah menandai lahirnya revolusi industri 2.0. Enerji listrik mendorong para imuwan untuk menemukan berbagai teknologi lainnya seperti lampu, mesin telegraf, dan teknologi ban berjalan. Puncaknya, diperoleh efesiensi produksi hingga 300 persen. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada awal abad 20 telah melahirkan teknologi informasi dan proses produksi yang dikendalikan secara otomatis. Mesin industri tidak lagi dikendalikan oleh tenaga manusia tetapi menggunakan Programmable Logic Controller (PLC) atau sistem otomatisasi berbasis komputer. Dampaknya, biaya produksi menjadi semakin murah. Teknologi informasi juga semakin maju diantaranya teknologi kamera yang terintegrasi dengan mobile phone dan semakin berkembangnya industri kreatif di dunia musik dengan ditemukannya musik digital. Revolusi industri mengalami puncaknya saat ini dengan lahirnya teknologi digital yang berdampak masif terhadap hidup manusia di seluruh dunia. Revolusi industri terkini atau generasi keempat mendorong sistem otomatisasi di dalam semua proses aktivitas. Teknologi internet yang semakin masif tidak hanya menghubungkan jutaan manusia di seluruh dunia tetapi juga telah menjadi basis bagi transaksi perdagangan dan transportasi secara online. Masih menurut Prof Klaus Schwab arah tren pada revolusi industry 4.0 ini bukan lagi sebuah tren melainkan megatrend dan diidentifikasikan dengan lanskap penggerak teknologi dari revolusi industri keempat ini, dan dikelompokan menjadi tiga kelompok: fisical diantaranya industry outomotif, digital printing, robotic dan material baru, kemudian kelompok ke dua yaitu digital meliputi mobile internet, basis data, internet security, basis data dan lain sebagainya, kemudian  kelompok ketiga adalah  biologis meliputi pencegahan kangker, vaksinasi, HIV, scintifikasi DNA dan lain sebagainya. Ketiganya sangat terkait dan berbagai teknologi saling menguntungkan satu sama lain berdasarkan penemuan dan kemajuan yang dibuat masing-masing 2.

Dari dua isu diatas yang terpenting adalah peranan manusia didalamnya. Untuk isu globalisasi ekonomi itu bisa dikatakan faktor yang susah dipersiapkan antisifasinya kecuali ada perubahan kebijakan politik, suksesi politik atau untuk regional dengan kebijakan regulasi misalkan untuk Indonesia dengan di sahkannya uu omni law bus, pemerintah mepresentasikan UU ini di world economic forum oleh presiden Jokowi tapi di domestic mendapat penentangan yang luarbiasa, kemudian untuk isu ke dua yaitu revolusi industry 4.0 ini bias dipersiapkan bahkan world economic forum telah melakukan survey dan memprediksi peranan pekerja dalam isu ini yaitu  Hasil survei Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) menunjukkan, pandemi virus corona (Covid-19) menjadi pukulan kedua terhadap dunia lapangan kerja di samping disrupsi yang disebabkan oleh digitalisasi.  Survey ini melibatkan 43 persen perusahaan menyatakan bakal mengurangi tenaga kerja lantaran telah melakukan integrasi teknologi dan 34 persen menyatakan banyak memperluas lapangan kerja karena integrasi teknologi sisanya akan melalukan outsourcing . WEF menjelaskan, meski jumlah pekerjaan yang harus hilang bakal terlampaui oleh jenis pekerjaan baru, namun pandemi virus corona telah memperlambat pertumbuhan lapangan kerja. Di dalam laporan tersebut dijelaskan, pada 2025 mendatang pekerjaan-pekerjaan dengan peran yang cenderung berulang perannya bakal berkurang, dari 15,4 persen menjadi hanya 9 persen. Sementara profesi-profesi yang sedang berkembang perannya bakal meningkat dari 7,8 persen menjadi 13,5 persen. "Dengan gambaran tersebut, maka sebanyak 85 juta jenis pekerjaan bakal digantikan karena ada pergeseran pola kerja dari yang sebelumnya dikerjakan manusia jadi dikerjakan oleh mesin. Sementara 97 juta peran baru yang lebih adaptif bakal muncul dengan adanya pembagian kerja antara manusia, mesin, dan algoritma. WEF menyoroti melambatnya pertumbuhan pekerjaan akibat disrupsi oleh pandemi yang bakal merugikan pekerja-pekerja yang berada dalam kondisi tertentu

1. Setiaji, Hidayat, 2020. “Tak Cuma Corona, Ini 5 'Setan' Ekonomi 2020!” https://www.cnbcindonesia.com/news/20200227050208-4-140720/tak-cuma-corona-ini-5-setan-ekonomi-2020/6

2.  Schwab, Klaus,  2016 the fourth industrial revolution World Economic Forum Geneva Switzerland

3. https://money.kompas.com/read/2020/10/21/080521726/laporan-wef-85-juta-pekerjaan-bakal-digantikan-mesin-pada-2025?page=all

Tidak ada komentar:

Posting Komentar