Minggu, 17 Januari 2021

Resume Pertemuan 9 (MAKRO) Ade Ruhiyat

 

 

PERANG DAGANG AS-CHINA &

PENGARUHNYA BAGI INDONESIA

Perang dagang bermula karena neraca perdagangan AS yang selalu tercatat defisit dengan China (Tiongkok). Defisit perdagangan AS dengan China meningkat dari USD 371,8 miliar pada 2016 menjadi US$ 395,8 miliar pada 2017. Untuk itu, Trump memilih langkah proteksionisme untuk memperbaiki neraca perdagangan

Trump memutuskan untuk menaikkan tarif (bea masuk) impor panel surya dan mesin cuci yang masing-masing menjadi 30 persen dan 20 persen. Trump mengenakan tarif untuk baja sebesar 25 persen dan 10 persen untuk aluminium. Kebijakan ini diputuskan pada tanggal 22 Maret 2018. Sejak saat itu perang dagang dimulai.

Sebagai pembalasan, pemerintah Tiongkok juga menerapkan bea masuk untuk lebih dari 128 produk AS, termasuk terutama sekali kedelai, ekspor utama AS ke Tiongkok. China menaikkan tarif produk daging babi dan skrap aluminium mencapai 25 persen dan Beijing memberlakukan tarif 15 persen untuk 120 komoditas AS. Komoditas itu, seperti almond dan apel.

China mengadu kepada WTO tentang tarif impor, salah satunya pada April 2018. (Respon WTO: AS melanggar aturan, kenapa kenaikan tarifnya hanya untuk China, dan tarifnya di atas tariff maksimum versi WTO; AS: melindungi kekayaan intelektual dan industri di dalam negeri). Perang dagang mereda, namun sejak adanya covid 19 di Wuhan, ketegangan AS-China memanas kembali.

Dampak Positif Perang Dagang As-China Bagi Indonesia

Ekspor ke AS: terutama tekstil dan alas kaki, aluminium, produk kayu. (Pada 2017 Indonesia menikmati surplus perdagangan dengan AS sebesar USD 9,7 miliar). Ekspor ke China: Volume Crude Palm Oil (CPO) meningkat.

Dampak Negatif Perang Dagang As-China Bagi Indonesia

Harga CPO turun dari 556 USD per ton pada tahun 2018 menjadi 500 USD per ton pada tahun 2019. Harga batu bara turun dari 88 USD per ton pada tahun 2018 menjadi 65 USD per ton pada tahun 2019.

Nasib Indonesia pada Perang Dagang As-China

Secara umum, perlambatan ekonomi Tiongkok 1% akan menyebabkan perlambatan ekonomi Indonesia 0,1%; perlambatan ekonomi AS 1% menyebabkan perlambatan ekonomi Indonesia 0,08%. Jadi, adanya perang dagang AS-China lebih banyak merugikan Indonesia dibandingkan menguntungkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar